KAWASAN AGROPOLITAN

SELAMAT DATANG DI KECAMATAN AGROPOLITAN - SUMBERWRINGIN - BONDOWOSO

Kecamatan Sumberwringin

Kecamatan Sumberwringin
Kantor Kecamatan

KECAMATN SUMBERWRINGIN

Foto saya
Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia
Kecamatan Sumberwringin adalah Kec. pusat pengembangan Agropolitan di Kabupaten Bondowoso

Sabtu, 03 November 2012

SEKELUMIT, SEJARAH GUNUNG RAUNG



Puncak Raung sebelah Utara
Pos Pertama Menuju Raung - Pesanggerahan Kecamatan Sumberwringin

Secara geografis, Gunung Raung terletak di tiga wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Banyuwangi, Jember dan Bondowoso. Gunung yang terletak di ujung timur pulau Jawa ini memiliki ketinggian 3.332 M dari permukaan laut dan memiliki kaldera dengan kedalaman 500 meter. Gunung Raung merupakan gunung berapi yang masih aktif dan selalu mengeluarkan asap atau bahkan menyemburkan api sesekali. Letusan terbesar terjadi pada tahun 1638. Keeksotisan gunung ini terlihat dari Bali, tepatnya bila kita melihat di Pantai Lovina, Singaraja. Gunung Raung merupakan bagian dari komplek pegunungan Ijen dimana terdapat gunung Suket, gunung Pendil, gunung Rante, gunung Merapi dan Kawah Ijen. Bagi mereka yang ingin menaklukkan gunung Raung, terdapat beberapa rute pendakian yang bisa di tempuh. Jalur dari arah Bondowoso - Sumber Wringin adalah jalur yang paling sering digunakan. Sedangkan, jalur dari banyuwangi - Bajulmati juga bisa dilalui tapi sangat jarang dilewati, karena memiliki medan yang cukup menanjak dan curam. Pada jalur pendakian, terdapat 4 pos pemberhentian dengan nama-nama yang agak sedikit seram" dan diambil menurut sejarah berdirinya pos-pos tersebut, yaitu: Pondok Sumur, Pondok Demit, Pondok Mayit dan Pondok Angin.


Puncak Raung dengan Kaldera Luas
Puncak dari arah Timur
Aktivitas Gunung Raung dua pekan terakhir menunjukan peningkatan dan kini statusnya siaga. Gunung setinggi 3.332 mdpl itu memiliki sejarah kelam rentang 5 abad terakhir. Letusan Gunung Raung pernah menimbulkan bencana besar.

"Gunung Raung punya sejarah meletus yang buruk," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surono pada wartawan, di Pos Pemantau Gunung Api Raung di Banyuwangi, Jumat (2/11/2012).

Dari data Pos Pemantau Gunung Api Raung di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Gunung Raung meletus kali pertama tahun 1586. Letusan pertama tersebut tercatat sebagai letusan hebat. Mengakibatkan wilayah disekitarnya rusak dan memakan korban jiwa.

Sebelas tahun kemudian, atau pada tahun 1597 Gunung dengan nama lain Gunung Rawon itu meletus lagi. Letusan kedua sama hebatnya dengan letusan pertama. Letusan hebat tersebut kembali memakan korban jiwa.

Lagi-lagi letusan dahsyat kembali terjadi pada tahun 1638. Letusan mengakibatkan banjir besar dan lahar di daerah antara Kali Setail Kecamatan Sempu dan Kali Klatak Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi.

Namun letusan yang paling dahsyat terjadi di tahun 1730. Tercatat erupsi eksplosif disertai dengan hujan abu serta lahar. Bahkan wilayah terdampak erupsi meluas dibanding letusan pertama, kedua dan ketiga. Korban jiwa pun berjatuhan lagi di saat itu.

Sejarah kelam Gunung terbesar di Pulau Jawa itu masih berlanjut. Diantara tahun 1800 hingga 1808 di waktu pemerintah Residen Malleod (Hindia Belanda) terjadi letusan lagi. Namun tidak sampai mengakibatkan korban jiwa.

Sekali lagi letusan terjadi antara tahun 1812 hingga 1814. Direntang empat tahun itu letusan disertai hujan abu lebat dan suara bergemuruh. Setahun kemudian, di tahun 1815 antara 14 hingga 12 April terjadi hujan abu di Besuki, Situbondo dan Probolinggo.

44 tahun kemudian Gunung Raung relatif tenang. Aktivitas vulkaniknya kembali meningkat pada tahun 1859. Tanggal 6 Juli 1864 terdengar suara gemuruh dan di siang hari menjadi gelap.

Selanjutnya tahun 1881, 1885, 1890, 1896, terjadi aktivitas vulkanik meliputi suara gemuruh, Paroksisma, hujan abu tipis di kawasan Banyuwangi. Dan gempa bumi di kawasan Besuki, Situbondo. 16 Februari 1902 muncul kerucut pusat.

Di tahun 1913 antara bulan Mei hingga Desember Gunung Raung kembeli bergemuruh, bahkan terjadi dentuman keras. Hal yang sama terjadi tiga tahun berturut-turut. Yakni tahun 1915, 1916 dan 1917. Aliran lava di dalam kaldera terjadi tahun 1921 dan 1924.

Fenomena vulkanik dahsyat kembali ditunjukan gunung berbahaya ini tahun 1927. Letusan asap cendewan dan hujan abu sejauh 30 kilometer keluar dari puncaknya. Ditahun yang sama, tepatnya 2 Agustus-Oktober terdengar dentuman bom dan terlontas sejauh 500 meter.

Di tahun berikutnya, 1928 terlihat celah merah di dasar kaldera dan mengeluarkan lava. Fenomena yang sama masih terjadi di tahun 1929. Tahun 1933 hingga 1945 hanya terjadi peningkatan aktivitas. Tidak tercatat adanya kejadian, hanya ada aliran lava di kaldera.

Gunung yang memiliki bibir kaldera seluas 1.200 meter persegi ini kembali unjuk gigi. 31 Januari hingga 18 Maret, puncak gunung semburkan asap membara dengan guguran. Tinggi awan letusan mencapai 6 kilometer di atas puncak. Abunya menyebar hingga radius 200 meter.

Empat tahun kemudian, 13-19 Februari 1956 terjadi paroksisma. Tercatat pula adanya tiang asap 12 kilometer. Tahun-tahun berikutnya hanya ada peningkatan aktifitas. Namun tahun 1986 letusan asap terjadi di bulan Januari hingga Maret.

Data terbaru aktivitas vulkanik kembali meningkat pada 17 Oktober 2012. Status Gunung Raung dari normal naik menjadi waspada sehari kemudian. Pada 22 Oktober 2012 statusnya kembali naik menjadi siaga.

PVMBG menyatakan bila sebenarnya Gunung Raung sudah meletus, namun masuk kategori erupsi minnor. Letusan tidak sampai keluar dari kaldera. Itu terlihat dari pantauan setelit Amerika Serikat. Gunung Raung sendiri, gunung api dengan karater berbeda.

"Bila aktivitasnya cepat naik, turunnya pasti sangat pelan. Malu-malu," tambah Surono.

PVMBG sendiri bahkan harus memasang 7 alat untuk penguatan data aktivitas vulkanik Gunung Raung. Itu perlu dilakukan mengingat Sejarah buruk Gunung yang berdiri di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, Bondowoso dan Situbondo ini.

"Kita tidak mau sejarah buruknya terulang. Gunungnya gede dan tinggi," tandas laki-laki yang akrab disapa Mbah Rono, ini.(dari berbagai Sumber)
 

Jumat, 02 November 2012

Kini, Amerika Tertarik Arabica Bondowoso






Tak hanya Swiss yang tertarik akan cita rasa kopi arabica Bondowoso, Daniel Schumatcer warga Amerika yang didelegasikan oleh Caffe Vita Coffee Roasting Co Seattle berkunjung ke Bondowoso. Caffe Vita adalah salah satu kafe ternama di Kota Seattle, Amerika Serikat.
Kedatangan Daniel mendapat sambutan hangat oleh petani kopi arabica di Sumber Wringin. Sebelum mengunjungi lahan kopi Arabica di Sumberwringin, Daniel didampingi oleh ketua koordinator kelompok petani kopi dan Kepala Dishutbun Bondowoso mampir ke pendopo Kabupaten untuk bertemu Bupati.
Sesampainya di Pendopo, Daniel mengatakan kepada Bupati akan ketertarikannya usai mencicipi kopi Arabica asli Bondowoso. Ia juga meyampaikan akan berkunjung ke Sumberwringin untuk mengetahui bagaimana kopi arabica diproses, hari ini Rabu (24/10). Bahkan pria asal Amerika itu berancang-ancang untuk membeli kopi arabika dalam jumlah yang tak sedikit.
Sementara menurut Heru Setio Wibowo, ketua koordinator yang membawahi 30 kelompok petani kopi arabica di Bondowoso mengungkapkan bahwa kualitas kopi arabika di lahan kopi rakyat Desa Sukorejo, Kecamatan Sumberwringin, Bondowoso merupakan kategori kopi spesial yang disukai oleh konsumen di pasar internasional. “Maka wajar jika kemudian informasi kopi arabika asli Bondowoso dengan cepat menyebar luas ke pasar internasional,” katanya.
Prospek dan peluang untuk skala nasional sampai internasional sangat menjanjikan, sehingga harus ada dukungan sepenuhnya untuk pengembangan kopi arabika. “Terbukti, kini bertambah lagi yang datang karena terhipnotis akan rasa spesial kopi Arabica. Semoga Daniel usai mengunjungi Sumberwringin bisa membeli kopi dalam jumlah besar, dengan itu ekonomi masyarakat akan meningkat dan lebih sejahtera,” ujarnya sembari tersenyum. (humas)



Ekspor Arabica Melonjak, Bondowoso Kian Mendunia






Fantastis, ekspor kopi arabica asli Bondowoso kini tembus 144 ton, dari sebelumnya yang hanya mencapai 18 ton. Peningkatan ratusan persen itu merupakan bentuk keberhasilan Pemerintah Kabupaten Bondowoso dengan petani kopi dalam mengembangkan cluster kopi rakyat di wilayah Sumber Wringin dan Sempol.
Ekspor Arabica ke beberapa Negara di dua benua saat ini mencapai 8 kontainer, dengan kalkulasi, per kontainer berisi 18 ton, jadi total yang di ekspor sebanyak 144 ton. “Capaian luar biasa ini tak lepas dari kegigihan petani kopi jenis arabica yang tergabung dalam cluster pengembangan kopi,” kata Ir Matsakur Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bondowoso.
Ditambahkannya, menurut catatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bondowoso disebutkan terdapat sekitar lima ribu hektar lahan areal perkebunan kopi arabica. Dipastikan akan lebih meluas lagi, karena tingginya minat luar negeri pada kopi arabica itu yang menyebabkan para petani akan menambah lahan tanamnya lagi.
Tak hanya luas areal tanam yang bertambah, jumlah kelompok tanipun ikut bertambah. Diketahui, saat ini terdapat 30 kelompok petani yang sebelumnya hanya ada lima kelompok. Hal itu tak lepas dari keuntungan yang dirasakan cukup tinggi, yang kemudian petani meningkatkan jumlah kelompok untuk lebih meningkatkan jumlah produksi. Karena harga kopi kini senilai Rp. 35 ribu/kg, meski sebelumnya tembus Rp 38 ribu/kg.
Namun demikian, untuk menjaga kualitas ekspor ke Swiss, Amerika, Australia dan Belanda, Pemkab bekerjasama dengan petani kopi akan melakukan standarisasi bibit dan harus terstandarisasi oleh Puslitkoka. (humas pemda bondowoso)

Cari Blog Ini

agropolitan

Komoditi Unggulan : Kopi Robusta, kopi arabica, Holtikultura/ Sayur( cabe besar/kecil, tomat dll), Buah : Alpukat, Durian....